Musibah dan Adzab
Musibah dan adzab suatu kejadian
Banyak bancana dan musibah disekeliling kita, tampaknya alam sudah mulai tak bersahabat, kita harus berinstropeksi diri, apakah kita mendholimi sesama manusia, apakah kita mendholimi kepada alam, ataukah kita selalu berbuat maksiat? atau bahkan kita lupa akan Tuhan kita..
Dari sekaranglah kita harus bertaubat, banyak orang di negeri yang kita cintai ini sudah menjadi korban manusia yang tidak bertanggungjawab..
marilah kita benahi diri sendiri...., insya Allah kebaikan yang kita lakukan akan membawa kemanfaatan bagi orang banyak
"orang yang berguna adalah orang yang memberikan manfaat untuk orang yang membutuhkan dan mengerti perasaan orang lain"
Sebenarnya yang terpenting bukan
musibahnya, tetapi apa alasan Allah menimpakan musibah itu kepada kita. Untuk
di ingat, jika musibah itu terjadi, disebabkan dosa-dosa kita, maka segera-lah
bertobat kepada Allah. Kalau musibah yang terjadi karena ujian keimanan kita,
maka kuatkan iman dan berpegang teguhlah kepada Allah.
Siapa saja berbuat kebaikan, maka manfaatnya akan
kembali kepadanya. Sedangkan siapa saja berbuat kejahatan, maka bencananya juga
akan kembali kepada dirinya sendiri. Bisa dibalas didunia atau di akhirat.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :
”Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak
akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa
mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam
keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya
tanpa hisab”. (QS. Al Mukmin [40] : 40).
Perhatikan juga dengan seksama firman
Allah SWT berikut ini : “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi
Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An Nissa [4] : 79)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat
yang kamu peroleh adalah dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah SWT. Sedangkan makna “dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Berarti dari
dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri.
Berikut beberapa contoh :
1.
Musibah bisa jadi sebagai peringatan
Musibah ini diberikan kepada kaum mukmin yang merosot keimanannya.
Peringatan ini karena kasih sayang Allah SWT. Misalnya seseorang yang berada
dalam kesempitan rezki. Kemudian ia bermunajat di malam hari agar Allah
memberikannya keluasan rezeki. Shalat tahajud, shalat Dhuha, puasa sunah senin
kamis dan perbaikan ibadah lainnya dengan semaksimal mungkin. Hingga
Allah SWT memberikan jalan keluar. Bisnisnya berkembang, karyawan bertambah,
kesibukan semakin meningkat. Tapi justru dikarenakan sibuknya, satu persatu
ibadah sunahnya mulai ia tinggalkan. Shalat-shalatnya pun semakin tidak
khusyu’. Seharusnya bertambahnya nikmat, membuat ia bertambah syukur
dan semakin dekat dengan Allah, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya,
nikmat bertambah malah membuatnya semakin jauh dari Allah.
Orang ini sebenarnya sedang mengundang
datangnya musibah atau azab Allah. Musibah yang datang kepadanya sebagai
peringatan untuk meningkatkan kembali keimanannya yang merosot itu. Bisa
saja terjadi tiba-tiba usahanya macet dan banyak mengalami kerugian. Akibatnya
ia terlilit hutang. Dalam keadaan bangkrut tadi tidak ada yang mau
menolongnya. Ketika itulah ia kembali kepada Allah untuk memohon pertolongan
dengan cara memperbaiki ibadah-ibadahnya yang selama ini sudah tidak ia
perhatikan lagi.Tercapailah tujuan
musibah yaitu pemberi peringatan.
Musibah juga bisa sebagai penggugur
dosa-dosa kita. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: “Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal
tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian
itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana
pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan
Muslim).
Perhatikan dengan seksama firman Allah SWT
berikut ini : “Dan Sesungguhnya kami
merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang
lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah : 21)
Jadi sebenarnya, Allah SWT menurunkan
musibah atau azab pada kita di dunia ini, sebagai peringatan bagi kita, untuk
kembali pada kebenaran.
2 Musibah
sebagai ujian keimanan
Musibah ini adalah tanda kecintaan Allah
SWT pada seseorang hamba. Semakin tinggi derajat keimanan dan kekuatan
agama seseorang, justru ujian (musibah) yang menimpanya akan semakin
berat. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini : Dari Mush’ab bin Sa’d dari
ayahnya. Ayahnya berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW,” Manusia manakah yang paling berat ujiannya?”
Rasulullah SAW menjawab,” Para Nabi, kemudian disusul yang derajatnya seperti
mereka, lalu yang di bawahnya lagi. Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya.
Jika agamanya itu kokoh maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya itu lemah
maka ujiannya pun disesuaikan dengan agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang
hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun.” (HR. al-Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn Majah,berkata
al-Tirmidzi: hadits hasan shahih)
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian
juga telah disebutkan didalam Al Qur’an seperti tertulis dalam firman Allah SWT
: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya [21] : 35)
Cobaan atau ujian yang menimpa setiap
orang, bisa berupa keburukan atau kebaikan, kesenangan atau kesengsaraan, sebagaimana
disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain yaitu : “ Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini
menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di
antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang
baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali
(kepada kebenaran) (QS. Al A’raf [7] : 168).
Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana keimanan
kita terhadap Allah SWT ? Apabila kita
termasuk orang yang lalai, maka jawaban atas musibah yang menimpa, adalah
sebagai azab dan peringatan atas kelalaian kita, agar kita sadar dari kelalain kita selama ini. Dan segeralah bertobat.
Dan kalau kita bukan hamba-Nya yang lalai, maka segala ujian yang terjadi
menimpa kita, adalah sebagai suatu ujian, dimana dengan ujian itu, Allah telah
menyiapkan tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita.
Seperti menjadikan kita hamba pilihan-Nya yang sabar. Dan pahala orang yang
sabar sungguh tanpa batas. Seperti tertulis dalam firman-Nya : “…..Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas
(Az Zumar [39] : 10) Dengan kesabaran, akan bisa meraih ridha Allah, dan
ridha Allah adalah segalanya.